Tawuran antar anak sekolah terjadi diwilayah hukum Polsek Balige, yang melibatkan siswa dari SMA BTB Balige dan SMK PGRI 07 Balige kembali terjadi di depan Alfamidi Soposurung Balige, Kabupaten Toba, Provinsi Sumatera Utara, Sabtu (23/07/2022) sekira pukul 13.00 Wib
Dari informasi yang berhasil dihimpun, awal mula kejadian berawal dari saling chat antara Kevin Hutagaol Dkk (SMA BTB Balige) dengan Toman Tampubolon Dkk (SMK PGRI 07 Balige), dimana kejadian perkelahian ini merupakan lanjutan dari hari sebelumnya.
Mendapati adanya informasi tawuran antar pelajar, pihak kepolisian dari Polsek Balige bergerak cepat merespon laporan dari masyarakat.
Kapolsek Balige AKP Agus Salim Siagian melalui Kanit Reskrim Polsek Balige IPTU E Siahaan menjelaskan, usai terjadinya perkelahian tersebut pihaknya segera berkoordinasi dengan pihak sekolah dan Orang Tua untuk memanggil pelajar yang terlibat tawuran tersebut.
Aksi tawuran kedua ini, kata IPTU E Siahaan langsung dilakukan pengamanan oleh pihak kepolisian sehingga oknum siswa itu bubar tanpa terjadi keributan.
“Untuk mencegah hal serupa terjadi, Polsek Balige mengambil jalan tengah dengan cara memanggil siswa yang terlibat, orang tua dan guru diberikan pengarahan di Mapolsek setempat”, kata IPTU E Siahaan.
Ditegaskan IPTU E Siahaan, sebaiknya kenakalan remaja ini dilakukan pembinaan oleh orang tua dan guru terlebih dahulu, sehingga polisi tidak perlu turun tangan.
Langkah yang paling tepat itu dilakukan pembinaan berjenjang oleh orang tua, guru hingga sanksi tegas sebagai pembelajaran agar tawuran itu tidak lagi terjadi.
“Sanksi tegas itu bisa saja siswanya dibuatkan surat perjanjian, lalu ditingkatkan lagi pada skor beberapa bulan dari sekolah dan kalau masih terulang bila perlu diberhentikan,” katanya.
Para pelajar tersebut telah menandatangani surat pernyataan untuk tidak mengulangi perbuatannya dan disaksikan langsung oleh orang tua kedua siswa serta pihak sekolah.
Bentuk mediasi yang dilakukan oleh pihak kepolisian ini diakui IPTU E Siahaan, hanya berupa pembinaan dengan pengarahan saja supaya persoalan seperti ini jangan terulang lagi.
Ia menambahkan, puncak masalah itu diketahuinya hampir rata rata penyebab emosional pribadi siswa, lalu persoalannya membesar dengan melibatkan siswa sekolah lain.
Untuk itu dirinya mengimbau seluruh siswa-siswi, agar tidak melakukan tindakan serupa yang dapat merugikan diri sendiri, keluarga hingga sekolah.